Merengkuh Kematian Demi Kehidupan

March 30, 2018

Sudah lama saya tidak menulis blog yang berkaitan dengan spiritual. Sempat sih menceritakan pengalaman meditasi, tetapi tulisan tersebut untuk dimuat di Plum Village temanya tentang Mendamaikan Hati dengan Mindfullness.

Bertepatan dengan Hari Jumat Agung, saya pun memutuskan untuk ibadah di Gereja tempat saya dibaptis dahulu (GKJ Gandaria). Gereja ini terasa nyaman, apalagi biasanya isi kotbah mendamaikan hati. Termasuk tema hari ini, yaitu Merengkuh Kematian Demi Kehidupan. Seperti yang telah diketahui, Jumat Agung merupakan peristiwa Yesus disalibkan hingga mati yang menunjukkan pengorbananNya demi menebus dosa manusia. Sehingga kematian Yesus merupakan pengorbanan bagi semua umat, bagi kehidupan umat.

Hal yang menarik perhatian saya dari kotbah hari ini adalah perumpamaan menggunakan seni Kintsugi atau Kintsukuroi. Seni tersebut berasal dari Jepang yang memperbaiki tembikar atau kerajinan pecah belah yang rusak dengan campuran bubuk emas, perak atau pun platinum.

kintsukuroi

Mangkuk yang sudah pecah atau rusak, direkatkan kembali dengan seni ini tanpa menyamarkan bekas retakannya. Justru menonjolkan bekas retakan dengan perekat yang dicampur dengan emas. Hasilnya justru tampak indah dan meninggalkan jejak sejarah dari retakan tersebut. Tentu saja harganya pun lebih mahal karena biaya perekatnya pun juga lebih tinggi dibandingkan keramik atau porselen itu sendiri.

Read the rest of this entry »